Kereta itu

     Masih ingatkah pertanyaan yang kau tujukan padaku waktu itu. Tentang kereta. Kau bertanya, mengapa kereta selalu berjalan pada jalurnya. Kereta hanya melaju maju terus. Hampir tak pernah mundur. 

     Waktu itu aku hanya sekenanya menjawab karena kereta punya jalurnya sendiri. Jalur yang berbeda dengan kendaraan lain. Jalur yang kumaksud adalah rel. Tidak mungkin kereta keluar jalur.  Bila keluar jalurnya pasti akan membuat panik banyak orang. Termasuk aku dan kamu, hehehe.

     Waktu itu kau hanya tersenyum lembut mendengar uraianku. Tak ada balasan. Bahkan tak ada sanggahan. Kau hanya tetap tersenyum. Beberapa helaan nafas kau ambil. Lalu kau berkata dengan lembut,"Bila suatu waktu aku tak bersamamu menikmati kereta ini, cobalah kau sedikit mengingatku."

     Aku hanya tertawa mendengarmu berkata. Bagaimana mungkin aku tak bersamamu lagi. Kita sudah berjanji untuk selalu menikmati kereta ini bersama. Dan aku anggap janji kita untuk seterusnya.

--------2 tahun kemudian--------

     Kusandarkan kepalaku pada jendela. Kulihat pantulan wajahku pada kacanya. Sendirian. Tak ada siapa-siapa. Ya, akhirnya aku sendiri. Tidak ada kau disampingku. Bagaimana perasaanmu di dunia sana melihatnya. Bahagiakah? Sedihkah? Melihatku sekarang ini.
     Aku memenuhi janjiku. Tak hanya sedikit aku mengingatmu. Bahkan banyak. Dan tahukah kau kini aku mengerti. Kini aku bisa menjawab pertanyaanmu soal kereta. Aku tahu kenapa kereta, hampir semuanya, selalu stagnan maju terus pada jalurnya.

     Sebenarnya kau hanya ingin menyampaikan pesan yang sebenarnya tak ingin kau jabarkan secara jelas. Kau hanya ingin aku untuk selalu melangkah maju. Tak menoleh ke belakang. Dan tak menoleh sepenuhnya ke arahmu. Kau hanya ingin aku untuk melangkah lurus ke depan. Menggapai apa yang belum kugapai. Tanpa terus teringat tentangmu. Teringat tentang kita. Kau ingin aku untuk tidak terpaku pada masa lalu.