Penulis :
Eliza V. Handayani
Penerbit :
Dar! MIZAN, Bandung
Tebal : xxiv + 368 halaman
Cetakan : Juli 2003
Tebal : xxiv + 368 halaman
Cetakan : Juli 2003
Eliza V. Handayani…..mewakili generasi terbaru yang akan dimiliki abad 21, seperti Fansuri, terpelajar, futuristic, indah, dan kreatif. —Taufiq Ismail
Buku ini merupakan buku lama yang terbit pertama kali tahun 2003. Sebelum
terbit dalam bentuk novel, Area X adalah naskah film yang menjuarai Lomba
Penulisan Film tahun 1999. Eliza saat menulis buku ini menggunakan rujukan 33
buku, jurnal dan bulletin. Eliza menggunaka rujukan tersebut untuk memperkuat
sains, teknologi dan keilmiahan yang terkandung dalam novelnya. Buku ini
berbeda dengan novel fiksi yang marak saat ini. Saya lebih suka menyebutnya
sebagai novel fiksi ilmiah karena tidak terlepas dari beberapa penggunaan
istilah ilmiah yang ada. Secara tidak langsung ketika kita membaca novelnya,
kita bisa mempelajari pula astronomi, astrologi, astrofisika, astrobiologi,
sains, ufologi dan teknologi modern yang dipaparkan dengan bahasa yang lugas
dan mudah dipahami. Novel ini tidak hanya berkisah pada seputar ilmiah saja. Penulis
juga menyuguhkan cerita persahabatan dan percintaan antara Yudho, Elly, dan
Rendy.
Yudho dan Rocky adalah mahasiswa pascasarjana. Pada tahun 2015,
mereka menemukan sebuah rahasia tak terduga di Area X (read : area sepuluh),
yang merupakan pusat penelitian IPTEK mutakhir di Indonesia 2015 yang berjumlah
10 area. Yudho dan Rocky mencari tahu rahasia apa yang dilakukan di Area X.
Rasa penasaran mereka yang belum tuntas
menghasilkan kematian Rocky. Elly yang merupaka seorang mahasiswa
astrofisika menemukan keganjalan dalam kecelakaan Tyas. Dia mengaku melihat
piring terbang di dekat Area X. Rasa penasaran Elly mempertemukan dia dengan
Yudho di Hadeslan, kota satelit yang mengelilingi Jakarta. Akankah mereka bisa
menyingkap rahasia tersembunyi di Area X? Dan siapakah Rendy yang muncul di
tengah – tengah kedekatan antara Elly dan Yudho? Temukan jawabannya dalam novel
ini.
"Berpeganglah selalu pada diri sendiri. Tapi akan selalu ada,
meskipun sedikit,meskipun tiada kau rasakan,orang-orang yang selalu berpikir
sepertimu,yang bisa memahamimu,dan bisa menyayangimu. Tak seorang pun
benar-benar sebatang kara. Kita
tidak pernah benar-benar sendirian......"
(Note: Tulisan ini dimuat di Majalah MISI STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta Edisi Desember 2014)
0 comment:
Posting Komentar